...........|| Wednesday, April 12, 2006 ||

Amanah Terindah

Amanah Terindah

Sahabat sekalian, entah sebenarnya saya pantas tidak ya, membahas masalah ini?. Karena saya sendiri walaupun sudah bergelar sebagai istri namun, belum lagi diberi kepercayaan olehNya untuk menimang cahaya mata. Tetapi karena terdorong oleh naluri kewanitaan dan keibuan saya ,rasanya tidak ada salahnya kalau saya sedikit meluahkan pemikiran saya disini. Terutama dalam menyikapi masalah penjagaan dan didikan anak oleh seorang wanita yang telah digelar sebagai ‘Ibu. Bunda, Emak, Mama ‘ dan banyak lagi.

Anak adalah salah satu dari amanah besar yang diberikan Allah kepada kita. Oleh karena itu bersyukurlah apabila perkawinan anda telahpun dikaruniakan dengan hadirnya cahaya mata, anak-anak sebagai penyeri rumah tangga dan bukti cinta kasih suami istri.
Oleh karena anak adalah amanah dan titipan Allah, maka sebenarnya dia bukan hak mutlak kita, kita tidak boleh memperlakukan mereka sesuka hati kita. Karena sesungguhnya bila Allah berkehendak maka Dia akan mengambil mereka kapan saja .

Sahabat, sesungguhnya peranan orang tua adalah memberikan kasih sayang dan pengajaran kepada anak-anaknya. Dari semenjak dalam kandungan lagi, agar di didik dengan cara islam dan kasih sayang. Bukan untuk kita perlakukan sewenang-wenang apalagi kita ‘dera’ ,disiksa dengan cubitan dan tendangan.

Saya sangat tidak setuju dengan tindakan Ibu-ibu yang selalu memekik atau berteriak kepada anak-anak mereka, apabila anak itu melakukan suatu kesalahan atau tidak mengikut kehendak mereka. Lebih jauh lagi ditambah dengan cubitan dan sejenisnya. Apalagi anak-anak yang masih dibawah umur 3 tahun. Apa sih yang dimengerti sangat oleh anak dalam umur begini. Mungkin yang mereka tahu kalau Ibu atau Ayah tidak menuruti kehendak mereka maka satu-satunya jalan adalah menangis. Untuk menunjukkan rasa ketidak puasan hati, ataupun rasa tidak nyaman (mungkin ngompol atau karena digigit nyamuk).

Pernah suatu hari dirumah tetangga saya, masa itu sudah lewat tengah malam. Saya dikejutkan oleh suara anak kecil menangis, meraung-raung ..entah apa sebabnya. Masa berlalu sudah lebih setengah jam, saya pun sudah tak bisa lagi memejamkan mata. Tapi anak kecil itu masih meraung-raung, sampai suaranya terdengar parau, serak. Yang saya heran keadaan sunyi senyap saja, maksud saya orang tuanya tak coba membujuk anak tersebut. Atau mungkinkah pura-pura tak dengar ..cuek..? Rasanya sudah lebih dari satu jam ketika tiba-tiba suara tangisan itu berhenti begitu saja . Dan kejadian seperti ini bukan sekali dua, tapi sering. Kadang hardikan dan kata-kata kasar keluar dari mulut sang Ibu.

Bayangkan sahabat sekalian, membiarkan anak menangis ditengah malam sampai suara anak serak, padahal anak itu baru berumur 2 tahun. Patutkah kita buat macam itu? Belum lagi teriakan dan kata-kata kasar yang dilontarkan pada seorang anak yang masih belum mengerti hitam putihnya dunia ini. Memang kasihan anak-anak kecil ini, mereka tak tahu apa-apa tapi sudah menjadi korban emosi orang tua.

Apakah mereka ini tidak termasuk orang-orang yang mensyukuri nikmat Allah?. Dimana Allah telah memudahkan mereka untuk memiliki anak-anak, tanpa kesusahan yang berarti. Bahkan kadang belum setahun anak yang baru lahir sudah hamil lagi, lagi dan lagi. Begitu besarnya rezeki yang di berikan Allah kepada mereka, namun adakah mereka pernah bersyukur atas nikmat itu. Adakah ini yang dikatakan bersyukur bila kita menganggap kehadiran anak hanya sebagai pelengkap rumah tangga. Melahirkan anak-anak tanpa bertanggung jawab atas kesejahteraannya. Melayan mereka dengan kasar dan mengikut emosi kita saja. Biarpun mereka tidak melawan tapi bukan berarti mereka tidak punya perasaan dan boleh kita perlakukan sesuka hati.

Rasanya tidak adil kalau kita hanya menurutkan hawa nafsu saja,( ..’Anak nak ramai (banyak) tapi ..menjaga ..tak nak) Ini yang sebaiknya kita hindarkan!. Kalau kita sudah berniat untuk menikah dan memiliki anak, tentunya tahu konsekuensi dan tanggung jawab yang harus dipikul sebagai orang tua. Jangan hanya berani melahirkan anak tapi kemudian kita biarkan saja. Karena Allah sendiri telah menjanjikan, bahwa pada tiap-tiap seorang anak itu ada rezekinya masing-masing. Apalagi anak kandung, darah daging kita sendiri.

Cobalah kita lihat saudara kita yang lain yang masih belum memiliki ‘harta’ yang berupa zuriat. Betapa mereka mendambakan kehadiran anak-anak sebagai penyeri rumah tangga dan penerus keturunan. Kadang timbul rasa cemburu melihat keluarga yang dengan anak-anak yang lucu-lucu, soleh-solehah. Mereka tak pernah putus asa untuk berdoa dan berusaha mendapatkan zuriat. Berbagai macam cara di tempuh, untuk dapat bergelar ibu dan Bapa’. Bahkan sampai sanggup menghabiskan uang berjuta-juta demi mendapatkan seorang anak. Ada pula yang terpaksa mengambil anak angkat .

Pikirkanlah, dan bersyukurlah karena anda tak perlu bersusah payah seperti mereka, karena Allah memudahkan zuriat untuk anda sekeluarga. Jadi didiklah anak-anak sebaik mungkin, dengan penuh kasih sayang sesuai ajaran islam. Karena anak merupakan amanah dari Allah. Dan memang seharusnyalah kita pelihara amanah itu dan kita jaga dengan sebaik-baiknya. Hanya Allah yang mengetahui yang benar










 0 Comments:

Post a Comment

<< Home