...........|| Monday, November 13, 2006 ||

Maafkanlah dAKU

Tiba-tiba aku teringat seseorang, teman lamaku, ketika kami masih kuliah. Namanya Wati…aku tak ingin menyebut nama lengkapnya…biarlah menjadi rahsia. Wati dan aku berjumpa ketika aku sedang mencari tempat kos. Kebetulan dia sudah lebih dulu kos di rumah itu. Akhirnya kami jadi teman akrab, kamarnya tepat berada disebelahku.

Wati adalah seorang penganut Budha, sikapnya agak pendiam. Terus terang aku ini jenis orang yang pendiam tapi dibandingkan dengan Wati aku memang lebih cerewet. Walaupun kami berbeda agama namun hal tersebut tidak menghalang persahabatan kami. Kami tak pernah mencampuri urusan agama kami.

Singkat cerita Wati berkenalan dengan seorang teman lelaki di kampus, sebut saja Anto. Anto beragama Islam. Dan ternyata dari hasil perkenalan itu telah menimbulkan bibit-bibit percintaan diantara mereka. Mulanya hanya saling sapa, akhirnya mereka mejadi sepasang kekasih. Aku sendiri kurang mengikuti perkembangan kisah mereka berdua. Sampai suatu hari Wati menyatakan hasrat hatinya kepadaku, bahwa dia ingin masuk agama Islam. Waktu itu aku nggak percaya, yalah antara terkejut dan gembira (mungkin). Sebelumnya aku tanyakan sekali lagi mengenai niatnya itu. Apakah dia betul-betul ingin masuk Islam. Dan dia mengiyakan sekali lagi.

Adakah niat mu pindah agama karena Anto?. Dia hanya menunduk, dengan suara lirih dia menjawab, salahkah ,salahkah kalau kau memeluk Islam karena nya. Mungkin inilah jalannya, jalan untukku lebih mengenal Islam!. Sebagai pengetahuan teman-teman, Wati pernah memberitahuku kalau orang tuanya sudah memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk pindah agama. Kakak perempuannya memilih agama Kristen sedang kan Wati sendiri akhirnya memilih Islam . Akhirnya wati pun resmi memeluk Islam, dia sudah mula belajar sholat, dan mulai mempelajari banyak hal tentang Islam. Antopun banyak membantunya.
Aku pasti di samping hidayah yang Allah tunjukkan, kedekatannya dengan Anto juga memainkan peranan kenapa dia memilih Islam sebagai jalan hidupnya.

Waktu berlalu, berbagai peristiwa telah kami lalui bersama, sebagai mahasiswa dan teman kos. Termasuklah lah berita bahwa hubungan Wati dengan Anto tengah meruncing, hubungan mereka tidak se dekat dulu lagi. Dengar kabar Anto telah sudah berubah, menjauhi Wati.Akupun tak tahu pasti sebab keretakan hubungan mereka Hal ini membuat Wati menjadi pemurung. Dunianya yang dulu ceria kini bertambah muram. Aku sebagai temannya cuma bisa memberi nasihat, supaya melupakan Anto saja.
Anto sendiri, sudah jarang kelihatan , entah kemana dia menghilang. Sedangkan Wati, terlalu banyak perubahan telah terjadi, aku merasa yang dia sudah jarang kelihatan sholat. Semangatnya untuk makin mendalami Islam perlahan luntur. Semua ini mungkin disebabkan patah hati, Anto yang jadi semangatnya untuk memeluk Islam, telahpun melukakan hatinya. Peristiwa itu sudah terlalu lama, hampir sepuluh tahun yang lalu.Aku sendiripun lupa, adakah waktu itu aku sudah cukup menasihatinya dan menolongnya.

Dan ternyata kesadaran itu begitu terlambat. Aku merasa dulu seharusnya aku lebih dan lebih lagi memperhatikannya. Mungkin waktu itu aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri, sehingga aku melupakan Wati .Aku kurang memperhatikannya, padahal saat itu dia butuh orang yang bisa membimbingnya. Tapi waktu itu aku tidak nampak sisi itu. Walaupun ilmu agamaku tak seberapa, tapi setidaknya aku bisa menolongnya supaya dia tidak hanyut dalam kesedihan akibat putus cinta. Sehingga semangat untuk mendalami Islam jadi redup. Padahal waktu itu dia baru saja masuk Islam. Seharusnya dia di beri bimbingan, bukan dibiarkan terkapai-kapai bersendirian.

Ampunkan aku ya Rabb , maafkan aku Wati, karena mungkin waktu itu aku terlalu mementingkan diri sendiri, aku melupakanmu. Adakah aku ini pantas di sebut sebagai temanmu?. Dimanakah kamu sekarang Wati?. Ku ingin kembali menjalin tali silaturahmi denganmu, bertanya kabar beritamu. Harapanku hanya satu, semoga kamu sekarang masih seorang muslimah, semoga cinta semu itu tak meruntuhkan benteng mu untuk tetap berpegang pada aqidah Islam.
Dan semoga kita dipertemukan dalam suasana yang penuh rahmat Allah suatu hari nanti…Insya Allah…Amin.

 1 Comments:

At November 14, 2006 11:24 PM, Blogger vita said...

"yah begitulah problem kita umat islam, sering membiarkan mualaf kebingungan sendiri tanpa teman, di sini juga banyak yang seperti itu."

 

Post a Comment

<< Home